THOUSANDS OF FREE BLOGGER TEMPLATES

Click here for Myspace Layouts

Minggu, 29 Maret 2009

my motivator.

hari ini aku dapat pelajaran baru .. aku di ingatkan kembali .. .oleh ibuku
dimanapun kamu ber ada ...dua malaikat selalu ikut bersamamu , .. ya . malaikat munkar dan nakir ,.. malaikat yang ditugaskan oleh Allah , untuk manusia ..tentang amal baik dan buruk.
sejenak . aku terhenyak oleh nasihat ibuku . tadi ,
aku hampir saja lupa...bahwa aku selalu . di awasi . oleh Allah ... bahkan Allah lah yang menjaga aku .. dalam kondisi apapun . dimanapun, kapanpun....ya aku klembali sadar.. semua ini adalah Allah yang mengatur .. kita manusia hanya menjalankan saja.
trimakasih ibu .....sudah selalu memotivasi , berdoa,.. untuk anakmu .. ini .
semoga allah melindungi keluarga kita semua. walaupun secara fisik terpisah.tapi jiwa kita tetap bersatu. bapak .ibu,sujud.nur.(keluarga ceria)...

Kamis, 26 Maret 2009

persiapan sebelum menikah.

Kebanyakan orang yang menyatakan dirinya ‘belum siap menikah’ menjadikan penghasilan sebagai alasan dari ketidaksiapannya. Karena merasa belum mapan dan belum bisa menanggung kehidupan keluarga, maka ia merasa belum mampu untuk menikah. Menariknya, kebanyakan orang yang menyatakan dirinya ‘siap nikah’ pun ternyata menjadikan penghasilan sebagai alasan dari keyakinannya. Ia sudah memiliki pekerjaan tetap dengan gaji yang bagus, dan karenanya ia merasa yakin telah mampu berkeluarga.

Siap atau tidak siap itu sangat relatif. Yang menarik adalah bagaimana sebagian umat Islam menjadikan faktor finansial sebagai acuan bagi kesiapan menikah. Tentu ada benarnya pendapat yang mengatakan bahwa faktor ini bisa mempengaruhi kesiapan menikah, terutama bagi laki-laki. Tapi tidak tepat juga kalau dikatakan bahwa hanya faktor inilah yang menentukan kesiapan tersebut.

“Kamu sudah siap menikah?”

“Insya Allah siap. Alhamdulillaah sekarang saya sudah punya pekerjaan tetap dan saya rasa gajinya mencukupi untuk keperluan sehari-hari keluarga.”

“Apa yang akan kamu lakukan dengan anak dan istrimu nanti?”

Biasanya dialog akan terhenti di sini karena yang ditanya merasa pertanyaannya kurang jelas. Sebenarnya pertanyaan ini cukup sederhana saja. Pertanyaannya : apa yang akan kita perbuat dengan anak-istri kita? Pertanyaan ini perlu diajukan untuk menyelidiki visi seseorang tentang sebuah pernikahan.

Gerangan apakah pernikahan itu? Apakah sekedar memilih pasangan hidup yang tampan dan cantik? Apakah sekedar pelarian untuk memuaskan kebutuhan biologis? Apakah sekedar untuk mencari teman curhat permanen? Atau sekedar coba-coba? Semua itu bisa dijawab kalau kita memiliki sebuah visi yang jelas perihal pernikahan. Sebagai seorang pemimpin dalam keluarga, maka laki-laki dituntut untuk memiliki visi yang jelas.

Dalam Islam, keluarga bisa membawa manusia kepada dua ekstrem. Jika kita membina keluarga dengan baik dan semua anggota keluarga tersebut menjadi saleh, maka sudah pasti surga akan menjadi tempat berkumpul keluarga kita kelak. Sebaliknya, kalau kita rajin melaksanakan amal-amal saleh pribadi namun mengabaikan keadaan anak-istri kita, maka bisa jadi kita akan ikut diseretnya ke neraka. Kita berdoa semoga seluruh anggota keluarga kita bisa saling tarik menuju surga.

Sekarang, masalahnya jauh lebih kompleks daripada sekedar penghasilan. Seorang laki-laki harus sadar bahwa melangkah kepada pernikahan berarti membebani dirinya sendiri dengan sebuah tanggung jawab yang besar, yaitu tanggung jawab pendidikan. Ia wajib memikirkan dengan serius tentang kemampuannya mendidik anak-istrinya kelak. Otomatis, ia pun harus memikirkan keadaan dirinya terlebih dahulu. Bagaimana mungkin orang yang tidak terdidik bisa mendidik orang lain?

Jadi, masalah pertama yang harus dipikirkan adalah keadaan diri sendiri. Sudahkah kita menjadi laki-laki yang saleh? Sudahkah kita terbiasa melakukan shalat berjamaah? Sudahkah kita membaca Al-Qur’an secara teratur setiap harinya dengan bacaan yang baik? Sudahkah kita membiasakan tersenyum dan bertutur kata sopan dengan orang lain? Sudahkah kita melaksanakan shalat malam secara rutin? Sudahkah kita memahami ajaran-ajaran Islam? Sudahkah kita mengenal Allah dengan baik?

Kedengaran berlebihan? Tentu saja tidak. Ketika kita membesarkan anak, maka kita harus paham bahwa pengajaran agama sepenuhnya adalah tanggung jawab kita, bukan sekolah. Sudah banyak bukti bahwa pelajaran agama Islam di sekolah sangat jauh dari cukup. Jangan merasa siap menjadi orang tua jika belum siap menjadi pendidik!

Bagaimana dengan istri? Justru masalah inilah yang harus dipikirkan terlebih dahulu, karena istri (tentu saja) hadir lebih dulu daripada anak. Bagaimana cara mendidik istri? Sudahkah kita memahami keadaan psikologis perempuan (yang jelas berbeda dengan laki-laki)? Sudahkah kita memahami kecenderungan-kecenderungan mereka? Sudahkah kita membuat rencana bagaimana harus mendidik istri? Sudahkah kita merencanakan untuk membiasakan shalat malam berjamaah? Sudahkah kita berpikir bagaimana mencegahnya agar tidak ikut-ikutan bergabung dalam forum gosip tetangga? Sederet pertanyaan lainnya akan segera bermunculan jika kita membuka pikiran kita, insya Allah.

Tulisan ini sama sekali tidak bermaksud untuk menakut-nakuti saudara-saudara yang telah siap menikah. Justru saya berharap mereka yang akan segera menikah segera mengevaluasi lagi kesiapannya dan melakukan langkah-langkah yang diperlukan sebelum hari ‘H’ itu tiba. Laki-laki yang siap menikah juga harus siap menjadi kepala keluarga, pembuat keputusan, pendidik, pemimpin, pemberi rasa aman, suri tauladan, suami dan ayah yang baik. Adapun bagi mereka yang belum siap, hanya ada satu kata : Siapkanlah!

Saya juga sedang bersiap-siap. ya aku mulai belajar ... materi ini aku upload menjadi motivasi dan pembelajaran bagi diriku .. dan bagi yang membaca di blog ini.

Senin, 23 Maret 2009

lihatlat video ini..

semoga bermanfaat dan ada hikmah yang dapat kita ambil. amin .by sujud satria

Sabtu, 21 Maret 2009

wujudkan mimpi dengan pasangan ,


Selama ini Anda lebih banyak menikmati masa-masa pacaran dengan melakukan kegiatan seperti shopping, nongkrong di kafe, nonton, atau liburan ke berbagai tempat. Pembicaraan Anda dengan pasangan pun lebih banyak diisi dengan topik seputar pekerjaan, pergaulan, atau kegiatan keluarga.
Ketika Anda mantap melanjutkan hubungan ini ke pernikahan, ada satu hal yang Anda lupakan saat berdialog dengan pasangan: apakah yang menjadi mimpi Anda berdua?
Mengungkapkan mimpi-mimpi pribadi maupun mimpi bersama penting dilakukan karena hal ini menyangkut masa depan yang Anda bangun bersama. Memiliki mimpi juga penting agar Anda bersemangat dalam menjalani kehidupan yang baru, bahwa ada suatu tujuan bersama yang ingin Anda capai.
Ambil waktu untuk ngobrol intim dengan pasangan, misalnya di coffee shop yang tenang atau saat santai di teras rumah, di mana tidak ada gangguan seperti teman atau keluarga yang tiba-tiba nimbrung. Ungkapkan hal-hal seperti berikut:



1. Pernikahan ini akan menjadi perjalanan baru yang sangat menggairahkan dan mendebarkan karena Anda berdua akan melakukan segala hal bersama-sama. Bagaimana Anda akan menata rumah Anda? Bagaimana cara Anda dan pasangan mendidik anak, seperti keluarga Anda mendidik Anda, seperti keluarga pasangan mendidik pasangan, atau cara yang Anda tetapkan sendiri bersama pasangan? Sekolah seperti apa yang Anda rencanakan untuk anak?




2. Bagaimana Anda akan mengelola keuangan milik bersama? Bagaimana Anda menyisihkan uang untuk “pos hiburan”, misalnya supaya Anda bisa berjalan-jalan berdua setiap tahun?




3. Adakah sesuatu hal yang selalu Anda inginkan untuk terjadi? Misalnya Anda seorang penulis dan ingin suatu saat dapat bekerja di rumah, di rumah Anda yang asri di kawasan sejuk pegunungan. Bila hal itu terjadi, apa yang ingin dilakukan oleh pasangan Anda?




4. Apa yang menjadi mimpi pasangan Anda? Apakah suatu saat ia berencana berhenti dari pekerjaannya, dan berusaha membangun perusahaan sendiri dalam bidang yang selama ini dicita-citakannya? Bagaimana usaha Anda untuk mendukungnya?




5. Bila Anda sedang mendapatkan rezeki, apakah yang ingin Anda miliki? Apakah mobil dengan merek tertentu yang menjadi idaman pasangan, Apa yang Anda lakukan jika suatu saat uang sudah tak lagi menjadi masalah bagi Anda? Adakah rencana Anda dan pasangan untuk hidup melayani sesama?zakat, beramal.
Bila Anda dan pasangan berhasil mengungkapkan hal-hal ini, Anda akan mampu mengarahkan kehidupan yang baru nanti dengan lebih berarti karena Anda telah menemukan tujuan hidup Anda bersamanya.


moga ada manfatnya,,,,,,,,,,,,,,,semangat bro!!!!!! sumber kompas, by sujud satria revisi sedikit

Minggu, 15 Maret 2009

demi masa_satria

video ini dan tampilan slide diatas di upload untuk mengingatkan aku . dan siapapun yang melihatnya.. semoga ada manfaatnya . amin . ok. semangat brooo......by sujud satria----

preset youtube : demi masa "wafiq azizah '

Powered By Blogger